Minggu, 28 Oktober 2012


PROYEKSI DAN SISTEM KOORDINAT



PROYEKSI

Æ  Metode untuk mereduksi kesalahan/distorsi yang terjadi pada objek dipermukaan bumi yang digambarkan pada permukaan datar.
Æ  Cara penggambaran bentuk ellipsoid kebentuk bidang datar yang dilakukan dengan menggunakan rumus matematis tertentu
Æ  Bagian dari Sistem Koordinat

Tahapan reduksi dari permukaan bumi ke bidang datar

1.      Reduksi ke permukaan Geoid
2.      Reduksi ke permukaan Elipsoida Referensi
3.      Reduksi ke bidang datar


Geoid  : ketinggian permukaan air laut rata-rata



Elipsoida Referensi: permukaan matematik yang mempunyai bentuk dan ukuran seperti geoid




            Geoid                               Elipsoida Referensi


Bentuk proyeksi peta yang sering digunakan umumnya ditinjau dari distorsi yang diakibatkan, yaitu:
Proyeksi Ekuivalen, dimana luas di atas peta sama dengan luas di permukaan bumi
Proyeksi Konform, dimana besar sudut antara penampang normal di elipsoid sama dengan besar sudut pada bidang proyeksi. Jadi arah-arah di atas peta tetap dipertahankan sesuai dengan keadaan sebenarnya di permukaan bumi.
Proyeksi Ekuidistan, dimana jarak di atas peta sama dengan jarak di permukaan bumi.


Proyeksi sering digunakan pada:
·         Digitasi peta dengan proyeksi tertentu
·         Import file DXF
·         Aplikasi GIS dengan ketelitian geografis pada proyeksi tertentu
·         Penampilan peta




Konstanta Geometrik Elipsoida Referensi di Indonesia:

 

Konstanta

Bessel (1841)
GRS 67

a
6377397.155
6378160.00

b
6356070.963
6356774.52

c
6398786.849
6399617.27

f
0.003342773
0.003352923

n
0.001674185
0.001679227





a          = setengah sumbu panjang
b          = setengah sumbu pendek
c          = a2 / b
n          = (a - b) / (a + b)
f           = (a – b) /a       : pegepengan












AZIMUTAL                                       CONICAL












                        MERCATOR                                      TRANVERSE MERCATOR




PROYEKSI VS SISTEM KOORDINAT


·         Sistem koordinat merupakan kumpulan parameter yang menunjukkan bagaimana menginterpretasikan lokasi koordinat suatu objek. Salah satu dari parameter tersebut adalah proyeksi.
·         Proyeksi sehubungan bagaimana suatu objek ditampilkan pada bidang datar, sedangkan sistem koordinat menunjukkan proyeksi apa yang digunakan pada peta.
·         Pilihan menu Projection pada MapInfo sebenarnya memilih tidak hanya proyeksi tetapi sudah pada sistem koordinat apa yang digunakan.
·         Default proyeksi pada MapInfo : equidistant cylindrical, sistem koordinatnya menggunakan lintang-bujur.


PROYEKSI POLYEDER
Proyeksi                      : Lambert, kerucut normal konform
Ukuran bag derajat     : 20 x 20 menit
Titik nol                       : perpotongan meridian dan paralel tengah setiap bagian derajat
Sumbu Y                     : meridian tengah
Sumbu X                     : tegak lurus sb y di titik nol
Ordinat Y                    :  + ke utara
Ordinat X                    : +  ke timur
Satuan                         : meter
Faktor skala di paralel tengah : 1

PROYEKSI MERCATOR
Proyeksi                      : Silinder normal konform
Titik Nol                       : Perpotongan meridian Jakarta (106o48’27”,79 T. Greenwich) dengan equator
Sumbu Y                     : meridian Jakarta
Sumbu X                     : ekuator
Ordinat Y                    : + ke utara
Ordniat X                    : + ke timur
Satuan                         : meter
E R                              : Bessel (1841)
Faktor skala di ekuator : 1


PROYEKSI UNIVERSAL TRANSVERSE MERCATOR
Proyeksi                      : Silinder Tansversal Konform
Lebar wilayah (zone)  : 6o
Titik Nol                      : Perpotongan meridian tengah zone dengan ekuator
Sumbu Y                     : Meridian tengah zone
Sumbu X                     : Ekuator
Titik Nol semu I          : X = -500.000, Y = 0
                                      Untuk titik-titik di belahan bumi utara
Titik Nol semu II        : X = -500.000, Y = -10.000.000
                                      Untuk titik-titik di belahan bumi selatan
Satuan                         : meter
E R                              : GRS67
Faktor skala di tengah : 0.9996
Penomoran Zone         :
Zone 1 dimulai dari bujur 180o B s/d 174 o B, no 2 dari bujur 174 o B s/d 168 o B demikian seterusnya ke arah timur sampai zone 60 dengan bujur 174 o T s/d 180 o T.

Wilayah Indonesia tercakup dalam zone nomor 46 s/d 54 dengan bujur meridian tengahnya (Bo) yang dinyatakan terhadap meridian Greenwich sbb:



Zone
Bo

46
93 o

47
99 o

48
105 o

49
111 o

50
117 o

51
123 o

52
129 o

53
135 o

54
141 o


Peta Bumi (Earth Map)
Objek yang digambarkan memiliki lokasi koordinat permukaan bumi, misalnya lintang dan bujur.
Dimanfaatkan untuk:
·         Overlay peta ke peta lainnya
·         Memanfaatkan atau mengubah proyeksi
·         Menentukan objek di peta untuk diketahui lintang/bujur.


Peta Non Bumi (Non-earth Map)
Berisi objek yang tidak memiliki lokasi khusus permukaan bumi, misalnya peta tentang ruangan pabrik, kantor, dsb.
Peta non-bumi tidak memiliki refernsi sistem koordinat yang mengacu pada lokasi permukaan bumi, artinya sistem koordinat tersebut tidak mengandung proyeksi


LATIHAN

1.      Tampilkan peta Bandung dalam koordinat Real World (L,B)












2.      Tampilkan peta Bandung dengan proyeksi UTM, zone 48 dan Elipsoid WGS84
Perhatikan posisi kursor yang ditunjukkan dengan angka koordinat pada sisi kiri bawah, akan berlainan dengan tampilan sebelumnya.









Universal Polar Stereographic:




PENGENALAN TENTANG SISTIM PROYEKSI,
SISTIM KOORDINAT DAN TRANSFORMASI KOORDINAT
Dalam hubungan Sistim Informasi Geografi (GIS)
  1. SISTIM PROYEKSI
Proyeksi adalah suatu cara dalam usaha menyajikan dari suatu bentuk yang mempunyai dimensi tertentu ke dimensi lainnya. Dalam hal ini adalah dari bentuk matematis bumi (Elipsoid atau Elip 3 dimensi) ke bidang 2 dimensi berupa bidang datar (kertas). PROYEKSI dapat dibagi menurut criteria :
SIFAT:
    1. KONFORM (bentuk sama)
    2. EQUIVALENT (luas sama)
    3. EQUIDISTANT (jarak sama)
BIDANG :
    1. AZIMUTHAL (bidang datar)
    2. KERUCUT (bidang kerucut)
    3. SILINDER (bidang silinder)
KEDUDUKAN BIDANG PROYEKSI :
    1. NORMAL ( tegak )
    2. TRANSVERSAL ( melintang )
    3. OBLIQUE ( miring )
    • Sebagai ilustrasi analogi dapat dibayangkan bagaimana cara untuk mendatarkan kupasan kulit jeruk agar didapatkan jumlah luas minimal dan dijaga posisi relatip setiap titik dikulit jeruk tadi tetap sama. Maka cara mengiris kupasan jeruk tadi dianalogkan sama dengan Proyeksi.
    • Ada banyak sistim Proyeksi, diantaranya yang digunakan dalam kepentingan pemetaan adalah Proyeksi Silinder Melintang yang dikenalkan oleh Mercator dan bersifat Universal atau disebut UTM ( Universal Tranvers Mercator ) sistim ini telah dibakukan oleh BAKOSURTANAL sebagai sistim Proyeksi Pemetaan Nasional.
    • Mengapa UTM, karena:
      1. Kondisi geografi negara Indonesia membujur disekitar Garis Katulistiwa atau garis lingkar Equator dari Barat sampai ke Timur yang relatip seimbang.
      2. Untuk kondisi seperti ini, sistim proyeksi Tranvers Mercator/Silinder Melintang Mercator adalah paling ideal (memberikan hasil dengan distorsi minimal).
      3. Dengan pertimbangan kepentingan teknis maka dipilih sistim proyeksi Universal Transverse Mercator yang memberikan batasan luasan bidang 6º antara 2 garis bujur di elipsoide yang dinyatakan sebagai Zone.
Ciri dari Proyeksi UTM adalah :
    1. Proyeksi bekerja pada setiap bidang Elipsoide yang dibatasi cakupan garis meridian dengan lebar 6º yang disebut Zone.
      ZONE :
      Penomoran Zone merupakan suatu kesepakatan yang dihitung dari Garis Tanggal Internasional (IDT) pada Meridian 180º Geografi ke arah Barat - Timur, Zone 1 = (180ºW sampai dengan 174ºW). Wilayah Indonesia dilingkup oleh Zone 46 sampai dengan Zone 54 dengan kata lain dari Bujur 94º E(ast) sampai dengan 141 E(ast)
    2. Proyeksi garis Meridian Pusat (MC) merupakan garis lurus vertical pada tengah bidang proyeksi.
    3. Proyeksi garis lingkar Equator merupakan garis lurus horizontal di tengah bidang Proyeksi.
    4. Grid merupakan perpotongan garis-garis yang sejajar dengan dua garis proyeksi pada butir 2 dan 3 dengan interval sama. Jadi, garis pembentuk grid bukan hasil proyeksi dari garis Bujur atau garis Lintang Elipsoid (kecuali garis Meridian Pusat dan Equator).
    5. Faktor skala garis (scale factor) di Pusat peta adalah 0.9996, artinya garis horizontal di tanah pada ketinggian muka air laut, sepanjang 1 km akan diproyeksikan sepanjang 999.6 m pada Peta. Catatan : Faktor skala tidak sama dengan skala peta.
    6. Penyimpangan arah garis meridian terhadap garis utara Grid di Meridian Pusat = 0º, atau garis arah Meridian yang melalui titik diluar Meridian Pusat tidak sama dengan garis arah Utara Grid Peta, simpangan ini disebut Konfergensi Meridian. Dalam luasan dan skala tertentu tampilan simpangan ini dapat diabaikan karena kecil (tergantung posisi terhadap garis Ekuator).
  1. SISTIM KOORDINAT.
    • Koordinat adalah pernyataan besaran geometrik yang menentukan posisi satu titik dengan mengukur besar vektor terhadap satu Posisi Acuan yang telah didefinisikan.
      Posisi acuan dapat ditetapkan dengan asumsi atau ditetapkan dengan suatu kesepakatan matematis yang diakui secara universal dan baku. Jika penetapan titik acuan tersebut secara asumsi, maka sistim koordinat tersebut bersifat Lokal atau disebut Koordinat Lokal dan jika ditetapkan sebagai kesepakatan berdasar matematis maka koordinat itu disebut koordinat yang mempunyai sistim kesepakatan dasar matematisnya.
Sebagai contoh:
    • Pada Proyeksi UTM, sistim koordinat yang digunakan adalah Orthmetrikl 2 Dimensi, dengan satuan mete,r kesepakatan posisi titik Acuan berada di pusat proyeksi yaitu perpotongan proyeksi garis Meridian Pusat pada Zone tertentu dengan lingkaran Equator dan di-definisikan sebagai :
      N(orth) : 10,000,000 m
      E(ast) : 500,000 m
    • Penentuan Zone:
Zone ditentukan dengan :
http://www.oocities.org/yaslinus/gb/RMS_1.GIF
Dimana :
Bujur = Bujur ditengah daerah Pemetaan
3º = Lebar 0.5 Zone
30 = Nomor Zone di Greenwich
Kesimpulan, Parameter Koordinat UTM terdiri dari komponen North/East dan informasi Zone. (Kontur bukan merupakan parameter koordinat.)
    • Pada Sistim Proyeksi Lokal, titik acuan dapat berupa Patok, Paku, Pojok Bangunan dll, dengan asumsi nilai X,Y sebarang, dengan arah Utara Grid sebarang. Koordinat ini dapat pula disebut Koordinat Relatip. Jika pada kemudian hari koordinat “Patok” tersebut dapat ditentukan hubungannya terhadap Sistem Koordinat Nasional, maka Sistim Koordinat dapat diubah menjadi Sistem Koordinat Baku. Proses ini disebut juga TRANSFORMASI.
  1. TRANSFORMASI KOORDINAT
Transformasi Koordinat adalah proses pemindahan suatu Sistim Koordinat ke Sistim Koordinat lainnya.
    1. Pada pembahasan terdahulu Koordinat harus mempunyai acuan Posisi dan Arah. Dalam kasus ini dibatasi pembahasan Transformasi Koordinat Geografi ke Koordinat UTM dan sebaliknya.
    2. Koordinat Geografi pada Proyeksi UTM mempunyai referensi Posisi Acuan dan arah yang sama yaitu Titik Pusat Proyeksi untuk posisi dan arah utara Grid di Meridian Pusat sebagai arah acuan. Permasalahan yang timbul adalah :
      1. SATUAN (unit) . Besaran Pada Koordinat Geografi dinyatakan dalam besaran sudut (derajat), besaran pada Koordinat UTM dinyatakan besaran panjang (meter).
      2. Bidang persamaan, pada Koordinat geografi dinyatakan sebagai permukaan Elipsoid, sedang bidang persamaan UTM merupakan bidang datar.
    1. Jadi hubungan antara Koordinat Geografi dan UTM adalah :
http://www.oocities.org/yaslinus/gb/TRANSF.GIF
Dimana :
ON = Origin North = 10,000,000 m
G = Panjang busur Meridian
ko =0.9996
OE = Origin East = 500,000 m
p = Panjang busur Paralel
Kor = Koreksi akibat perubahan bentuk 3 D garis lengkung ke 2D.
Garis Meridian : Garis lengkung melingkar dipermukaan Elipsoid dan melewati 2 kutub
Garis Paralel : Lingkaran melintang dipermukaan Elipsoid dari Kutub U ke S sejajar Equator
KESIMPULAN DIHUBUNGKAN DENGAN KONSEP GIS
Karena Sistim Informasi Geografi (GIS) merupakan metoda sajian terpadu, maka semua data masukan spasial maupun tabular harus berupa data terpadu. Artinya, kesatuan Sistim Koordinat untuk data spasial, kesatuan ID untuk data tabular, kesatuan dalam me-manage data untuk sasaran informasi tersebut agar dapat dimanfaatkan secara maksimal. Fungsi Sistim Proyeksi dan transformasi sangat memegang peranan sangat penting.
Hal lain yang perlu diingat bahwa konsep GIS memanfaatkan pula jaringan data antar Pusat dengan Daerah, antar Instansi yang bersifat Nasional , yang sangat berguna untuk analisis terhadap suatu dampak dari perubahan data yang masuk dalam cakupan yang lebih luas. Jadi kesatuan dalam Sistim Koordinat adalah mutlak dalam konsep GIS.
Setelah dipahami tiga Konsep ( Proyeksi, Koordinat, Transformasi ) diatas, dapat disimpulkan bahwa data masukan spasial (peta) mutlak harus mempunyai kesatuan dalam hal Spheroid dan Sistim Koordinat, yaitu UTM dengan Elipsoid Acuan WGS84 ( Parameter ini telah baku untuk peta rupa bumi Nasional ), jika data tersebut tidak dalam sistim tersebut maka perlu dilakukan transformasi Koordinat sebelumnya.
ISTILAH - ISTILAH
Koordinat GEOGRAFI :
Pernyataan Koordinat Spheroid Bumi (3D) dengan Komponen :
      1. Bujur (Longitude), dimana Bujur 0º terletak di GREENWICH di negara Inggris (sekitar kota London) dihitung ke barat (BUJUR Barat) dan ke timur (BUJUR Timur)
      2. Lintang (Latitude), dimana diawali pada Lintang 0º yang merupakan lingkaran Equator dihitung ke Utara (Lintang Utara) dan ke Selatan (Lintang Selatan) Posisi Geografi adalah titik potong garis Bujur dan Lintang yang melalui titik tersebut.
PROYEKSI UTM (Universal Transverse Mercator) :
Sistim Proyeksi Orthometrik dengan satuan panjang ( m ) berdasar bidang SILINDER (Mercator), bersifat KONFORM, kedudukan bidang Proyeksi TRANVERSAL (Melintang), menggunakan ZONE (Universal) dengan interval 6º meridian dikenalkan oleh Mercator.
KOORDINAT UTM :
Koordinat Orthometrik 2 Dimensi, dengan Titik Acuan N = 10,000,000 m dan E = 500,000 m terletak di Pusat Proyeksi (Perpotongan Meridian Central/Tengah Zone dengan Equator). Arah Utara grid sejajar Proyeksi MC
ZONE :
Merupakan Juring Elipsoid dengan batasan 6º diawali di Bujur 180º dengan arah Timur (Zone 1) sampai dengan Zone 60. Artinya berawal di Bujur 190º ketimur (Bujur Timur) melalui Bujur 0º di Greenwich (Zone 30) berakhir di Bujur 180 Timur (Zone 60) GARIS BUJUR (Longitude Line) / Grs Meridian. Proyeksi potongan satu bidang dengan elipsoid melalui dua kutubnya yang merupakan garis di permukaan Elipsoid Bumi membujur dari Kutub Utara ke Kutub Selatan. Dihitung dari Bujur 0º Greenwich 180º kearah Timur dan 180º kearah Barat
GARIS LINTANG (Latitude)
Garis potong antara bidang datar dengan Elipsoid yang memotong melintang tegak lurus sumbu Elipsoid Bumi berupa garis di permukaan Elipsoid diawali Lintang 0º di Equator menuju Kutub Utara ( Lintang Utara) dan Selatan ( Lintang Selatan) secara berjajar.
Sistem Hitungan Geodesi

Geoid
Geoid adalah salah satu bidang ekuipotensil gaya berat yang berimpit dengan permukaan air laut rata-rata diseluruh bumi (Vanicek and Krakiwsky, 1982)
Ellipsoid
Sebagaimana telah dijelaskan diatas, untuk keperluan hitungan Geodesi iperlukan suatu bidang analitis yang mempunyai bentuk dan ukuran mendekati geoid. Bidang yang teratur , yang bentuk dan ukuanya mendekati geoid adalah bidang ellipsoid

Penentuan Ellipsoid
Metode-metode yang digunakan untuk menentukan bentuk dan ukuran dari ellipsoid adalah sebagai berikut (Purworahardjo, 1986) :
• Pengukuran busur di muka bumi (metode Astro Geodesi)
• Pengukuran Variasi gravitasi dimuka bumi (metode Astrogravimetrik)
• Pengukuran medan gravitasi bumi dari orbit satelit buatan


Sistem Koordinat
Sistem koordinat lokal
• Sistem Koordinat Polar
• Sistem Koordinat Kartesian
Sistem Koordinat Global
• Sistem Koordinat Astronomis (Lintang Astronomis dan Bujur Astronomis) bidang terhadap Geoid
• Sistem Koordinat Geodetik (Lintang geodetic dan Bujur Geodetik) bidang terhadap ellipsoid
• Sistem Koordinat Kartesian Tiga Dimensi

Gambar Sistem Koordinat Geodetik
• Lintang Geodetik (L) dari suatu titik adalah besar sudut lancip yang dibentuk oleh arah normal pada ellipsoid dengan bidang ekuator geodetic
• Bujur geodetic (B) yaitu sudut yang dibentuk antara bidang meridian dari titik tersebut dengan bidang meridian nol BIH
• Titk geodetik / geometrik (h) didefinisikan sebagai jarak dari bidang ellipsoid kea rah normal sampai titik tinngi yang di maksud

Sisitem Koordinat Kartesian Tiga Dimensi
Posisidari suatu titik dinyatakan dalam besaran X,Y dan Z. dengan arah arah dari sumbu-sumbu koordinat didefinisikan sebagai berikut
• Sumbu Z berimpit dengan sumbu rotasi bumi, yang didefinisikan sebagai CTP (Conventional Terrestrial Pole)
• Sumbu X mengarah ke meridian nol, yaitu meridian nol Greenwich yang ditetapkan oleh BIH (Bureau International de l’Heure) yang terletak pada bidang ekuator ellipsoid.
• Sumbu Y adalah sumbu yang terletak pada bidang ekuator serta tegak lurus terhadap sumbu X dan Z berdasarkan aturan tangan kanan

Datum Geodetik
• Datum Geodetik adalah titik asal dari sistem perhitungan dan permukaan tempat dilakukannya perhitungan-perhitungan (Rais, 1975)
• Datum geodetik adalah himpunan parameter parameter yang menggambarkan hubungan antara ellipsoid local dan sistem refrensi geodetik global (Seeber, 1993)

Pendefinisian Datum Konvensional
• Ditetapkan parameter ellipsoid refrensi yang dipilih yaitu setengah sumbu panjang (a) dan pegepengan (f)
• Wllipsoid refrensi menyinggung geoid pada satu titik yang telah ditentukan (titik datum)
• Pada titik datum, didefinisikan bahwa lintang geodetik (L), bujur geodetik (B) dan Azhimuth geodetik (A) sama lintang astronomi, bujur astronomi san azimuth astronomi serta tinggi suatu geometric yaitu tinggi titik diatas ellipsoid (h), sama dengan tinggi di atas geoid (H) atau dengan perkataan lain undulasi (N) pada titik datum sama dengan nol.
• Sumbu putar ellipsoid dan bidang meridian nol geodetik sejajar sumbu menengah bumi dan bidang nol astronomi.

Pendefinisian Datum Modern
• Parameter dari ellipsoid refrensi yang dipilih, yaitu setengah sumbu panjang (a) dan pegepengan (f).
• Parameter translasi (ΔX, ΔY, ΔZ) titik asal salib sumbu X,Y dan Z terhadap geocenter (pusat massa bumi) atau titik asal satu CTS (conventional Terrestrial System) tertentu
• Parameter rotasi (Ex,Ey,Ez) sistem salib sumbu X,Y dan Z terhadap CTS
• Faktor skala (s)

Datum yang digunakan di Indonesia
Datum Genuk
Bidang hitungan yang digunakan adalah permukaan ellipsoid Bessel 1841 yang mempunyai dimensi sebagai berikut
Setengah sumbu panjang (a) = 6377397.155 m
Pegepengan (f) = 1/299.15
Datum Moncong Lowe
Datum Gunung Serindu
Datum Indonesia 1974 (DI’74)
Speroid / ellipsoid yang diadopsi ialah SNI (Speroid Nasional Indonesia), yaitu suatu modifikasi (pembulatan parameter) ellipsoid GRS’67 (Geodetic Reference System 1967). Parameter parameter ellipsoid SNI ialah :
Setengah sumbu panjang (a) = 6378160.000 m
Pegepengan (f) = 1/298.247
Datum Indonesia 1995 (DI’95) = WGS’84
Parameter parameter dari datum Indonesia 1995 ini sama dengan parameter parameter datum WGS 84, yang mirip parameter GRS 80 (Geodetic Reference System 1980), yaitu sistem referensi Geodesi yang diperkenalkan oleh international Association of Geodesy (IAG) pada tahun 1979. Adapun parameter parameter yang diakai untuk pendefinisian dari datum DI95 adalah Subarya dan Matindas, 1995) :
Setengah sumbu panjang (a) = 638137.000 m
Setengah sumbu pendek (b) = 6356752.3142 m
Pegepengan (f) = 1/298.257223563

Proyeksi Peta
Proyeksi peta adalah teknik teknik yang digunakan untuk menggambarkan sebagian atau keseluruhan permukaan tiga dimensi yang secara kasaran berbentuk bola ke permukaan datar dua dimensi dengan distorsi sesedikit mungkin. Dalam proyeksi peta diupayakan sistem yang memberikan hubungan antara posisi titik titik di muka bumi dan di peta.
Photobucket
Sistem proyeksi peta dipilih untuj menyatakan posisi titik titik pada permukaan bumi ke dalam sistem koordinat bidang datar yang nantinya bias digunakan untuk perhitungan jarak dan arah antar titik.
Menyajikan secara grafis titik titik pada permukaan bumi ke dalam sistem koordinat bidang datar yang selanjutnya bias digunakan untuk membantu studi dan pengambilan keputusan berkaitan dengan topografi, iklim, vegetasi, hunian dan lain-lainya yang umumnya berkaitan dengan ruang yang luas

Pertimbangan Ekstrinsik
Bidang Proyeksi yang digunakan
Proyeksi Azimutal / zenital : bidang proyeksi bidang datar
Proyeksi kerucut : bidang proyeksi bidang selimut kerucut
Proyeksi silinder : bidang proyeksi bidang selimut silinder

Persinggungan bidang proyeksi dengan pola bumi
Proyeksi tangent : bidang proyeksi bersinggungan dengan pola bumi
Proyeksi Secant : bidang proyeksi berpotongan dengan pola bumi
Proyeksi “Polysuperficial” : banyak bidang proyeksi

Posisi sumbu simetri bodang proyeksi terhadap sumbu bumi
Proyeksi normal : Sumbu simetri bidang proyeksi berimpit dengan sumbu pola bumi
Proyeksi miring : Sumbu simetri bidang proyeksi miring terhadap sumbu pola bumi
Proyeksi transversal : Sumbu simeri bidang proyeksi terhadap sumbu pola bumi

Pertimbangan Instrinsik
Sifat asli yang dipertahankan :
Proyeksi Ekuivalen : Luas daerah yang pertahankan : Luas pada peta setelah disesuaikan dengan skala peta = luas asli pada muka bumi
Proyeksi Konfrom : Bentuk daerah dipertahankan, sehingga sudut sudut pada peta dipertahankan sama dengan sudut sudut dimuka bumi
Proyeksi Ekuidistan : Jarak antar titik di peta setelah disesuaikan dengan skala peta sama dengan jarak asli di muka bumi
Cara penurunan peta
Proyeksi geometris : Proyeksi perspektif atau proyeksi sentral.
Proyeksi Matematis : Semua di peroleh dengan hitungan matematis
Proyeksi Semi Geometris : Sebagian peta diperoleh dengan cara proyeksi dan sebagian lainya diperoleh dengan cara matematis

Pertimbangan Pemilihan Proyeksi
• Ditorsi pada peta berada pada batas batas kesalahan grafis
• Sebanyak mungkin lembar peta yang bias digabungkan
• Perhitungan plloting setiap lembar sesederhana mungkin
• Plotting manual bias dibuat dengan cara semudah mudahnya
• Menggunakan titik control sehingga posisinya segera bias diplot

Jenis Proyeksi dan Kedudukan Terhadap Bidang Datum
Photobucket

Proyeksi Polyeder
Sistem proyeksi kerucut, Normal, Tanggent dan Konfrom

Keuntungan Proyeksi Polyeder :
Karena perubahan jarak dan sudut pada satu bagian derajat 20’ x 20’, sekitar 37 km x 37 km bias diabaikan, maka proyeksi ini baik untuk digunakan pada pemetaan teknis skala besar.
Kerugian proyeksi Polyeder :
• Untuk pemetaan daerah luas harus serring pindah bagian derajat, memerlukan transformasi koordinat.
• Grid kurang praktis karena dinyatakan dalam bentuk kilometer fiktif
• Tidak praktis untuk skala kecil dengan cangkupan luas
• Kesalahan arah maksimum 15 m untuk jarak 15 km

Proyeksi UTM
UTM merupakan sistem proyeksi Silinder, Konform, Secant, Tranversal ketentuan selanjutnya :
• Bidang silinder memotong bola bumi pada dua buah meridian yang disebut meridian standar dengan factor skala 1
• Lembar Zone 6º dihitung dari 180 º BB dengan nomor zone 1 hingga ke 180 º BT dengan nomor zone 60. tiap zone mempunyai meridian tengah sendiri
• Perbesaran di meridian tengah = 0.9996
• Batas paalel tepi atas dan tepi bawah adalah 84 º LU dan 80 º LS
Photobucket

Proyeksi dari bidang datum ke bidang proyeksi
Photobucket

Sistem Grid UTM Global
Photobucket

Zone UTM Indonesia
Photobucket

TM-3 º
Photobucket

Ketentuan TM-3 º
Ketentuan sistem proyeksi peta TM-3 º :
• Proyeksi : TM dengan lebar zone 3 º
• Sumbu pertama (Y) : Meredian Sentral dari seiap zone
• Sumbu kedua (X) : Ekuator
• Satuan : Meter
• Absis semu (T) : 200 000 meter + X
• Ordinat semu 1 500 000 meter + Y
• Faktor skala pada meridian sentral : 0.9999
Cara menghitung luas area menggunakan koordinat grid
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhDzO-08BGCE_47dzKph8Il4jjnXyMhPtK37Ye7yPuzZxx8Q0sFW7nCGzLeBsKowYPiy4KZH5rKE5mJe0VemBvYFa9YIv74lZEMxE4kd_iIA8RIibsDhT35efhwillHWY9xzNWPT2cfrFE/s320/untitled1.JPG
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjYRi23-X6pz1ueE64syJT93aWge0QSArnw23Wy3YsZFsEHbo4nXSnRzSOZmxB12zJ19PKBrYktDMAgUHCU9V0Yo7zCJaVywj2K_ILdhv4faVij734EY2t0ldWLFnZ8j_6EMnFwQTxa_OE/s640/untitled.JPG



resume

Peta merupakan gambaran suatu tempat seperti kota, negara atau benua yang memperlihatkan kharakteristik utamanya bila di lihat dari atas [Collin English Dictionary, 2003]. Jadi pemetaan dapat diartikan sebagai kegiatan penggambaran permukaan bumi yang di proyeksikan ke dalam bidang datar dengan skala tertentu. Sebuah peta dasar dibuat dengan skala terkecil mulai dari 1 : 50.000 sampai 1 : 250.000. Pembagian peta di Indonesia mengacu pada system proyeksi Universal Transvers Mercator (UTM) dengan system koordinat DGN 95 atau WGS 84.

Sistem Proyeksi
Proyeksi diartikan sebagai metoda/cara dalam usaha mendapatkan bentuk ubahan dari dimensi tertentu menjadi bentuk dimensi yang sistematik. Analoginya adalah sama dengan saat kita akan menghitung luas kulit jeruk. Untuk menghitungnya kita harus mengupasnya dan meletakkannya pada bidang datar. Karena awalnya kulit jeruk tersebut 3 Dimensi dengan dikupas dan di letakkan mendatar maka dipaksakan menjadi 2 Dimensi maka sebagai akibatnya terjadi perubahan dari bentuk awal yang dikarenakan adanya sobekan, mengembang atau berkerut. Maka dalam hal ini bumi adalah jeruk dan sobekan kulit jeruk nantinya akan menjadi sebuah peta.

kulit bumi


Pemindahan dari globe ke bidang datar harus diusahakan akurat. Agar kesalahan diperkecil sampai tidak ada kesalahan maka proses pemindahan harus memperhatikan syarat-syarat di bawah ini:
  • Bentuk-bentuk di permukaan bumi tidak mengalami perubahan (harus tetap), persis seperti pada gambar peta di globe bumi.
  • Luas permukaan yang diubah harus tetap.
  • Jarak antara satu titik dengan titik lain di atas permukaan bumi yang diubah harus tetap.
Di dalam proses pembuatan peta untuk dapat memenuhi ketiga syarat di atas sekaligus adalah suatu hal yang tidak mungkin. Bahkan untuk dapat memenuhi satu syarat saja untuk seluruh bola dunia juga merupakan hal yang tidak mungkin, yang bisa dipenuhi hanyalah satu saja dari syarat-syarat di atas dan ini hanya untuk sebagian kecil dari muka bumi.
Oleh karena itu, untuk dapat membuat rangka peta yang meliputi wilayah yang lebih besar harus dilakukan kompromi ketiga syarat di atas. Akibat dari kompromi itu maka lahir bermacam jenis proyeksi peta.
Proyeksi berdasarkan bidang asal
  • Bidang datar (zenithal)
  • Kerucut (conical)
  • Silinder/Tabung (cylindrical)
  • Gubahan (arbitrarry)
  •  
proyeksi1

Jenis proyeksi datar, kerucut dan tabung merupakan proyeksi murni, tetapi proyeksi yang dipergunakan untuk menggambarkan peta yang kita jumpai sehari-hari tidak ada yang menggunakan proyeksi murni di atas, melainkan merupakan proyeksi atau rangka peta yang diperoleh melaui perhitungan (proyeksi gubahan).
Ada banyak sistim Proyeksi, diantaranya yang digunakan dalam kepentingan pemetaan adalah Proyeksi Silinder Melintang yang dikenalkan oleh Mercator dan bersifat Universal atau disebut UTM ( Universal Tranvers Mercator ) sistim ini telah dibakukan oleh BAKOSURTANAL sebagai sistim Proyeksi Pemetaan Nasional. Mengapa menggunakan sistem UTM, karena:

  1. Kondisi geografi negara Indonesia membujur disekitar Garis Katulistiwa atau garis lingkar Equator dari Barat sampai ke Timur yang relatip seimbang.
  2. Untuk kondisi seperti ini, sistim proyeksi Tranvers Mercator/Silinder Melintang Mercator adalah paling ideal (memberikan hasil dengan distorsi minimal).
  3. Dengan pertimbangan kepentingan teknis maka dipilih sistim proyeksi Universal Transverse Mercator yang memberikan batasan luasan bidang 6º antara 2 garis bujur di elipsoide yang dinyatakan sebagai Zone.

UTM menggunakan silinder yang membungkus ellipsoid dengan kedudukan sumbu silindernya tegak lurus sumbu tegak ellipsoid (sumbu perputaran bumi) sehingga garis singgung ellipsoid dan silinder merupakan garis yang berhimpit dengan garis bujur pada ellipsoid. Pada system proyeksi UTM didefinisika posisi horizontal dua dimensi (x,y) menggunakan proyeksi silinder, transversal, dan conform yang memotong bumi pada dua meridian standart. Seluruh permukaan bumi dibagi atas 60 bagian yang disebut dengan UTM zone. Setiap zone dibatasi oleh dua meridian sebesar 6° dan memiliki meridian tengah sendiri. Sebagai contoh, zone 1 dimulai dari 180° BB hingga 174° BB, zone 2 di mulai dari 174° BB hingga 168° BB, terus kearah timur hingga zone 60 yang dimulai dari 174° BT sampai 180° BT. Batas lintang dalam system koordinat ini adalah 80° LS hingga 84° LU. Setiap bagian derajat memiliki lebar 8 yang pembagiannya dimulai dari 80° LS kearah utara. Bagian derajat dari bawah (LS) dinotasikan dimulai dari C,D,E,F, hingga X (huruf I dan O tidak digunakan). Jadi bagian derajat 80° LS hingga 72° LS diberi notasi C, 72° LS hingga 64° LS diberi notasi D, 64° LS hingga 56° LS diberi notasi E, dan seterusnya.

proyeksi3
gambar : Zona UTM Dunia
Setiap zone UTM memiliki system koordinat sendiri dengan titik nol pada perpotongan antara meridian sentralnya dengan ekuator. Untuk menghindari koordinat negative, meridian tengah diberi nilai awal absis (x) 500.000 meter. Untuk zone yang terletak dibagian selatan ekuator (LS), juga untuk menghindari koordinat negative ekuator diberi nilai awal ordinat (y) 10.000.000 meter. Sedangkan untuk zone yang terletak dibagian utara ekuator, ekuator tetap memiliki nilai ordinat 0 meter.

Untuk wilayah Indonesia terbagi atas sembilan zone UTM, dimulai dari meridian 90° BT sampai dengan 144° BT dengan batas pararel (lintang) 11° LS hingga 6° LU. Dengan demikian wilayah Indonesia dimulai dari zone 46 (meridian sentral 93° BT) hingga zone 54 (meridian sentral 141° BT).


proyeksi4
Sistem Koordinat

Sistem koordinat merupakan suatu parameter yang menunjukkan bagaimana suatu objek diletakkan dalam koordinat. Ada tiga system koordinat yang digunakan pada pemetaan yakni:
1.Sistem Koordinat 1 Dimensi : satu sumbu koordinat

proyeksi7
2.Sistem Koordinat 2 Dimensi.
proyeksi5
3.Sistem Koordinat 3 Dimensi.

proyeksi6


Posisi acuan dapat ditetapkan dengan asumsi atau ditetapkan dengan suatu kesepakatan matematis yang diakui secara universal dan baku. Jika penetapan titik acuan tersebut secara asumsi, maka sistim koordinat tersebut bersifat Lokal atau disebut Koordinat Lokal dan jika ditetapkan sebagai kesepakatan berdasar matematis maka koordinat itu disebut koordinat yang mempunyai sistim kesepakatan dasar matematisnya.

Koordinat Geografi pada Proyeksi UTM adalah salah satu transformasi geografi yang mempunyai referensi Posisi Acuan dan arah yang sama yaitu Titik Pusat Proyeksi untuk posisi dan arah utara Grid di Meridian Pusat sebagai arah acuan.