Minggu, 08 Juli 2012


         Dalam pekerjaan pengukuran wilayah, alat – alat utama yang dapat digunakan antara lain : alat ukur stadia seperti dumpy level, Theodolit, rambu ukur, pita ukur, kompas dan catatan lapang. Untuk mendapatkan hasil yang benar dalam arti memperkecil kesalahan pengukuran dilapangan maka alat – alat tersebut harus digunakan sesuai dengan fungsinya masing – masing ( Aristo Efendi, 1997 ).
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjcYXjIIbd9e4ZGirR03PFGkBofo_GPsZB9IfXWsaA7dHqB4TDdt5yDEaB4p676wZ59a9CA4VkOVpmx21LNdZczF34y_mFPZS84f6hbxtqL52LZhN6G0F39JQzEVA50ItRX2NAPoztHVVlu/s320/theodolit-31620.jpg
    
Theodolit adalah salah satu alat ukur tanah yang digunakan untuk menentukan tinggi tanah dengan sudut mendatar dan sudut tegak. Berbeda dengan waterpass yang hanya memiliki sudut mendatar saja. Di dalam theodolit sudut yang dapat di baca bisa sampai pada satuan sekon (detik).
       Menurut dhani (2009 ), Dengan adanya teropong pada theodolit, maka theodolit dapat dibidikkan kesegala arah. Di dalam pekerjaan bangunan gedung, theodolit sering digunakan untuk menentukan sudut siku-siku pada perencanaan / pekerjaan pondasi, theodolit juga dapat digunakan untuk menguker ketinggian suatu bangunan bertingkat. Di dalam pekerjaan – pekerjaan yang berhubungan dengan ukur tanah, theodolit sering digunakan dalam bentuk pengukuran polygon, pemetaan situasi, maupun pengamatan matahari. Theodolit juga bisa berubah fungsinya menjadi seperti Pesawat Penyipat Datar bila sudut verticalnya dibuat 90º.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgCWmGIZCEiOEUwAyRg690HdLvT6N7t5VejbMwUp4fFJSl35cIs9ysu9H_hnwPdRyFOFdcaBwKvwIRwuK_m2bcGBfxtYlJGGpK2nNlAC6db_V7weIzlH5LE2j7q3bUQEJDGu9MvwTdk2Puu/s1600/how-to-level-land-dumpy-level.jpg
      
Menurut Harmailis (2002), Dumpy level adalah alat penyipat datar. Dalam pengukuran tanah Dumpy level dipasang diatas kaki tiga (tripot) dan pandangan dilakukan melalui teropong, dalam hal ini memindahkan ketitik lainnya.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjSBvsmnAO-iT8rtw4D6WbLKTk1vo_pYBX-Rtz3tsQtgQbp91LRcJAOyXIJxckXneyl1KozUxTO_6IIx6idEPV21jKzJM7sxcSjMewuT-eCUfwVCJcQ8wHFaVpY9Tn0qc7yg0UhygjGfazm/s320/700430_rambu_ukur1.gif

         Syarat – syarat seperti rambu ukur untuk penyipat datar menurut soetomo W.T (1992) antara lain : tidak boleh bergerak pada saat digunakan berada pada posisi tegak lurus serta meletakkan alat harus pada titik yang diamati. Pembacaan rambu ukur adakalanya terjadi pemuaian dan penyusutan pada skala rambu ukur akibat perubahan temperatur yang akan menyebabkan kesalahan dalam pembidikan untuk pengambilan data.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjm5kUT-74fSBySuMgeSCyxYID5ETfUTB5ZBT7JcbCCa7xl_lyC591vEbeJJUhqdn0kA7wkob29w_h_eW6b84O05-rc_KNZLkZWzj1MicNLPglEkJbbjimNhoxHhTBiX-rMyaqbCo68Zxtm/s320/media-teknologi-kompas-brunton-5006-5008-5010-faisal-0.jpg
       Sebuah kompas terdiri atas sebuah jarum baja yang bermagnet dipasang pada sebuah sumbu putar dititik pusat lingkaran. Gaya magnet bumi mengatur arah jarum. Ketika kotak kompas diputar, jarum jam tetap menunjuk kea rah utara magnetik kompas umumnya digunakan sebagai alat untuk menentukan arah dan sudut horizontal. 
        Menurut “Djoko Walijatun”(1986), Catatan lapang dalam pengukuran wilayah, baik berupa buku maupun catatan elektronik adalah satu-satunya catatan permanent dari pekerjaan lapang, jika terjadi kesalahan,tidak lengkap, hilang, hancur ataupun rusak maka sia-sialah sebagian besar atau keseluruhan waktu dan biaya yang di investasikan untuk pembuatan cacatan yang teliti tersebut. Untuk itu catatanlapang harus di jaga sampul maupun dalamnya, dalam arti isi dalam penyajian catatan lapang tersebut. Berita lapang harus memuat catatan lengkap tentang semua pengukuran yang dibuat selama survey, beserta gambar, diagram – diagram, atau keterangan – keterangan yang akan menolong memperjelas catatan yang dibuat.

Pengukuran Beda Tinggi Dengan Pesawat Penyipat Datar (PPD)

PRAKTEK  1 :
Melaksanakan Pengukuran Beda Tinggi Dengan Pesawat Penyipat Datar Cara
Polar
 
A.    TUJUAN
Setelah mempelajari prngukuran Beda Tinggi Dengan Pesawat PPD diharapkan siswa mampu :
1.      Mengukur beda tinggi dengan pesawat penyipat datar cara Polar
2.      Menghitung hasil pengukuran dengan alat pesawat PPD cara Polar
3.      Menggambar hasil pengukuran
B.    TEORI DASAR
Pengukuran sipat datar cara polar / pancar ini sangat cocok untuk mendapatkan perbedaan ketinggian daerah yang luas dan beda tingginya tidak terlalu menyolok / relatif datar. Dari data yang diperoleh yang sudah diadakan analisa dan hitungan serta penggambaran dapat digunakan untuk perencanaan pekerjaan tanah berupa galian atau timbunan. Daerah yang akan diukur dipecah / dibagibagi menjadi banyak bujur sangkar dengan ukuran tertentu dimana dalam pengukurannya menggunakan pita ukur dan jalon, misalnya sebagai berikut.
http://jatmiko.smkn1kediri.sch.id/wp-content/uploads/2011/03/polar1-150x150.png
Setiap bujur sangkar diberi nomor atau kode misalnya kearah timur –barat dengan kode A, B, C, dan seterusnya, sedang pada arah utara – selatan diberi kode angka 1, 2, 3, dan seterusnya. Pesawat waterpass atau penyipat datar didirikan / diusahakan di tengah- tengah daerah pengukuran sehingga dapat menjangkau sebanyak mungkin titik-titik grid tersebut. Untuk acuan tinggi dapat ditentukan pada salah satu titik dengan duga tertentu asal diperhitungkan / dipertimbangkan titik paling rendah untuk menghindari tinggi titik yang negatif. Misal hasil pembacaan benang tengah rambu ukur di A = Bt ( A1 ) dari pembacaan rambu ukur di B1 = Bt ( B1 ), maka tinggi titik B1 = tinggi A + Bt ( A1 ) – Bt ( B1 ).
Demikian seterusnya perhitungan tinggi titik-titik lainnya, disamping itu dapat dihitung pula volume galian dan timbunan daerah tersebut akan diratakan semua titik mempunyai ketinggian tertentu.
C.    ALAT DAN BAHAN :
1. Alat
a.     Pesawat PPD
b.     Statif
c.      Rambu Ukur
d.     Payung
e.     Beberapa yalon
f.      Patok Kayu dan Palu Kayu
g.     Rolmeter
2. Bahan
a.     Alat tulis, buku catatan dan tabel pengukuran
B.    KESELAMATAN KERJA
a.    Gunakan alat sesuai dengan fungsinya
b.    Dirikan pesawat penyipat datar yang kuat dan stabil
c.    Lindungi pesawat dari hujan dan panas
d.    Hindari pesawat dari kemungkinan hilang atau rusak
e.    Gunakan pakaian kerja langkap
f.     Pusatkan perhatian pada pekerjaan
D.    LANGKAH KERJA
1.      Siapkan semua peralatan yang diperlukan.
2.      Pasanglah patok daerah pengukuran menjadi bujur sangkar-bujur sangkar yang jaraknya ditentukan antara patok yang satu dengan yang lainnya misal 10 m.
3.      Buatlah sket daerah pengukuran dan diberi nomor seluruh titik sudut bujur sangkar misalnya ke arah horisontal diberi kode huruf A, B, C, D, dan seterusnya. Sedangkan untuk arah vertikal diberi nomor 1, 2, 3, 4, dan seterusnya.
4.      Tempatkan pesawat penyipat datar sedapat mungkin di tengah-tengah daerah pengukuran, sehingga semua titik patok dapat dilihat dari tempat berdiri pesawat.
5.      Siapkan table / formulir pengukuran.
6.      Bidik semua titik / patok daerah pengukuran dengan menggunakan teropong pesawat penyipat datar / waterpass dan catat bacaan benang tengah (BT), bacaan sudut  masing-masing titik terhadap P0.
7.      Ukurlah  jarak masing-masing titik terhadap Pesawat  dan titik P0 terhadap titik yang lain.
E.    Analisis hasil pengukuran
Setelah dihitung tinggi masing-masing titik / patok dan luasnya maka volume galian atau penimbunan yang mungkin diadakan perataan tanah dapat dihitung berdasarkan luas dan tingginya. Misal bujur sangkar dengan sisi 10 m, sedang tinggi
masingmasing titik 1,5 m ; 1,8 m ; 2,0 m ; dan 2,5 m, maka bila akan diratakan setinggi 1 m dapat dihitung dengan rumus ; V = Luas bujur sangkar x tinggi rata-rata
Dari pemisalan di atas
t1 = 1,5 m – 1,0 m = 0,5 m
t2 = 1,8 m – 1,0 m = 0,8 m
t3 = 2,0 m – 1,0 m = 1,0 m
t4 = 2,5 m – 1,0 m = 1,5 m
Maka volume tanah yang diratakan :
http://jatmiko.smkn1kediri.sch.id/wp-content/uploads/2011/03/polar7-300x125.png
Tetapi bila suatu arah pengukuran bentuknya tidak teratur, pengukuran tidak perlu dengan pemecahan beberapa bujur sangkar, dapat diatasi dengan membuat beberapa segitiga dengan pesawat penyipat datar yang mempunyai pembacaan lingkaran horizontal.
Contoh pengukuran beda tinggi dengan pesawat penyipat datar bila tidak menggunakan sistim bujur sangkar. Daftar pengukuran beda tinggi dengan pesawat penyipat datar tidak dengan sistim bujur sangkar dimana pesawat penyipat datar dilengkapi pembacaan lingkaran horizontal beserta gambar situasinya.
F.  GAMBAR KERJA
http://jatmiko.smkn1kediri.sch.id/wp-content/uploads/2011/03/polar2-300x188.png
Penggambaran Hasil Pengukuran :
Sipat Datar Cara Polar
Yang dipakai untuk penggambaran profil atau potongan adalah jarak antara titik dengan titik batas wilayah yang diukur beserta tinggi titik dari table di atas dapat digambarkan sebagai berikut :
http://jatmiko.smkn1kediri.sch.id/wp-content/uploads/2011/03/polar31.png
PRAKTEK  2 :
Melaksanakan Pengukuran Beda Tinggi Dengan Pesawat Penyipat Datar Cara
Tertutup / Keliling
 
A. TUJUAN
Dengan disediakan peralatan pesawat penyipat datar dan lainnya diharapkan peserta didik dapat :
Ø   Mengukur beda tinggi dengan alat / peswat penyipat datar cara keliling / tertutup.
Ø   Mengukur profil tanah.
Ø   Menghitung sampai dengan penggambarannya.
B.    PENGETAHUAN DASAR
Pengukuran areal ini membentuk jalur pengukuran tertutup, dimana awal dan akhir pengukuran titik yang sama, disamping sangat cocok untuk mendapatkan ketinggian titik-titik yang menyebar pada daerah yang luas. Tanda titik / patok dipasang mengeliling sepanjang / seluruh areal pengukuran dengan jarak antara titik dengan titik asal masih terjangkau oleh pengamatan alat penyipat datar / waterpass. Untuk areal pengukuran dengan beda tinggi yang menonjol / curam, maka jarak tersebut akan lebih pendek.
Jarak titik dengan titik diukur dari pesawat penyipat datar diletakkan di tengah antara dua titik dan segaris. Titik-titik yang ditinggalkan dalam pembacaan disebut pembacaan belakang, sedang titik yang dtinjau dalam pembacaan disebut pembacaan muka. Beda tinggi antara dua titik cukup dicari / dihitung dengan mencari selisih pembacaan benang tengah ( bt ), sehingga :
ht = Btb – Btm
ht = beda tinggi
Btb = bacaan benang tengah belakang
Btm = bacaan benang tengah muka
Bila muka lebih tinggi daripada belakang maka ht bertanda positip dan sebaliknya.
C.     Alat dan Bahan
Ø   Pita ukur
Ø   Statif
Ø   Pesawat penyipat datar / waterpass
Ø   Rambu ukur
Ø   Formulir / table pengukuran
Ø   Data board dan alat tulis
Ø   Payung
Ø   Medan/lapangan sekitar pusat pelatihan
D.    Keselamatan dan kesehatan kerja
1. Gunakan pakaian kerja lengkap
2. Gunakan alat sesuai dengan fungsinya.
3. Pusatkan perhatian pada pekerjaan.
4. Hindarkan pesawat dari kemungkinan hilang atau rusak.
5. Dirikan pesawat pada tempat yang kuat dan stabil.
E.    Langkah Kerja
1. Buat gambar sketsa daerah yang akan diukur dan diberi tanda titiktitiknya, siapkan daftar pengukuran, catat nomor pesawat penyipat datar.
2.   Ukur jarak pikat / patok P0 dan P1, dan tentukan tengah-tengahnya, dan tempatkan peswat penyipat datar / stel siap pakai.
3.   Dirikan rambu ukur di P0 disebut pembacaan belakang, baca dan catat benang tengahnya.
4.   Pindahkan rambu ukur di P1 dan arahkan pesawat penyipat datar ke rambu P1 sebagai pembacaan muka, baca dan catat benang tengahnya. Rambu ukur jangan dipindah dahulu.
5.   Dalam mencatat pada daftar pengukuran harus diingat pembacaan / jarak ke belakang maupun ke muka dan dicatat dalam table / daftar.
6.   Ukurkan P1 ke P2 , ambil tengah-tengah, dan dirikan pesawat penyipat datar sehingga siap pakai. Arahkan pesawat ke P1 sebagai pembacaan belakang dan arahkan pesawat ke P2 sebagai pembacaan muka, catat jarak pada table pengukuran.
7.   Dengan cara yang sama, pengukuran dilanjutkan sampai titik pertama ( P0 ).
F.    GAMBAR KERJA
http://jatmiko.smkn1kediri.sch.id/wp-content/uploads/2011/03/polar4.png
PRAKTEK  3:
Melaksanakan pengukuran beda tinggi dengan pesawat penyipat datar profil
 
A.    TUJUAN
Disediakan pesawat penyipat datar dan peralatan yang disediakan dalam pengukuran, diharapkan peserta diklat dapat :
Ø Mengukur beda tinggi dengan alat penyipat datar profil.
Ø Menghitung beda tinggi dari hasil pengukuran sampai dengan penggambaran hasil  pengukuran profil.
B.    PENGETAHUAN DASAR
Pengukuran sipat datar profil mempunyai tujuan untuk mendapatkan profil atau penampang atau irisan permukaan tanah. Data lapangan yang diperlukan sama dengan data dari kedua kegiatan belajar sebelumnya, yaitu beda tinggi / selisih tinggi dan panjang horizontal / jarak. Selisih tinggi didapat dari hasil pembacaan benang tengah pada bak / rambu ukur. Jarak dapat diukur secara langsung dengan pita ukur atau jarak optis antara pembacaan benang atas (ba) dan benang bawah (bb), kemungkinan berdirinya pesawat penyipat datar dapat di luar titik-titik profil atau pada salah satu titik profil. Sebagai acuan / pegangan berhubung dapat ditentukan salah satu titik setiap yang ditandai dengan patok kayu, seumpama P1 yang sudah ditentukan / diketahui tingginya. Bila belum ada sesuatu pengukuran sebelumnya titik P1 dapat dianggap sebagai titik duga misal 100,00 meter, dengan pertimbangan tidak ada tinggi titik dengan tanda negatif. Dari hasil pembacaan benang tengah pada rambu ukur yang didirikan memenuhi persyaratan di semua titik profil, dapat dihitung beda tingginya antara titik acuan dengan titik profl seluruhnya.
A.1 Kedudukan pesawat penyipat datar diluar titik-titik profil
http://jatmiko.smkn1kediri.sch.id/wp-content/uploads/2011/03/polar51.png
Pesawat penyipat datar kira-kira didirikan di tengah-tengah garis profil dengan demikian dapat menjangkau sebanyak mungkin pada titik-titik di garis profil tersebut. Seumpama pembacaan benang tengah rambu ukur di titik P1 = Bt (P1) = tinggi pesawat dari muka tanah sampai as teropong dan pembacaan benang tengah di titik 1 = Bt1, maka selisih tinggi / beda tinggi dari P1 ke titik 1 dihitung dengan rumus:
Dh (P1.1) = Bt (P1) –Bt (1) bila titk satu lebih mudah dari titik P1 maka Dh (P1.1) bertanda negatif. Dan bila titik satu lebih tinggi maka Dh(P1.1) dengan rumus :
h1 = h P1 + Dh (P1.1)
Dengan cara yang sama titik profil lainnya dapat dihitung.
C.    Alat dan Bahan
- Pesawat penyipat datar.
- Statif.
- Rambu ukur.
- Alat tulis menulis
- Pita ukur
- Daftar ukur
- Payung.
D.    Keselamatan dan kesehatan kerja
- Gunakan pakaian kerja lengkap.
- Hindarkan pesawat dan alat dari kemungkinan hilang atau rusak .
- Dirikan pesawat penyipat datar di tempat yang stabil / kuat.
- Pusatkan perhatian pada pekerjaan.
E.    Langkah Kerja
a.   Buat sket daerah yang akan diukur.
b.   Pesawat penyipat datar yang telah diketahui tinggi-tingginya pada pesawat penyipat datar memanjang, diambil sudut memotong (melintang) 900 atau sesuai dengan bentuk yang diukur.
c.   Pasang pesawat di titik P1.
d.   Ambil ancang-ancang ke kiri dengan jarak 5 m atau 10 m sesuai dengan bentuk permukaan tanahnya dan diberi tanda patok a, b, c, dan seterusnya tergantung kebutuhan.
e.   Juga dibuat ancang-ancang ke arah kanan segaris dengan a,b,c dengan jarak sesuai bentuk permukaan tanah dan diberi patok misal d, e, f.
f.    Ukurkan ketinggian tanah sampai as teropong pesawat penyipat datar dari permukaan tanah atau patok P1.
g.   Incar rambu ukur di titik a di baca benang tengahnya, juga di titik / patok b, c dan sterusnya.
h.   Selesai pembacaan di P1, pindahkan pesawat penyipat datar di P2dengan cara yang sama diadakan pengukuran melintang seperti diatas.
i.    Dan seterusnya sehingga pesawat berdiri meanjang missal di titik P4.
j.    Hitunglah ketinggian permukaan tanah titik-titik yang diukur pada kertas yang tersedia dengan skala yang dibutuhkan.
F. Gambar Kerja
http://jatmiko.smkn1kediri.sch.id/wp-content/uploads/2011/03/polar6.png

Tidak ada komentar:

Posting Komentar