Dalam pekerjaan pengukuran wilayah, alat – alat utama yang dapat digunakan
antara lain : alat ukur stadia seperti dumpy level, Theodolit, rambu ukur, pita
ukur, kompas dan catatan lapang. Untuk mendapatkan hasil yang benar dalam arti
memperkecil kesalahan pengukuran dilapangan maka alat – alat tersebut harus
digunakan sesuai dengan fungsinya masing – masing ( Aristo Efendi, 1997 ).
Theodolit adalah salah satu alat ukur tanah yang digunakan untuk menentukan tinggi tanah dengan sudut mendatar dan sudut tegak. Berbeda dengan waterpass yang hanya memiliki sudut mendatar saja. Di dalam theodolit sudut yang dapat di baca bisa sampai pada satuan sekon (detik).
Menurut dhani (2009 ), Dengan adanya teropong pada theodolit, maka theodolit dapat dibidikkan kesegala arah. Di dalam pekerjaan bangunan gedung, theodolit sering digunakan untuk menentukan sudut siku-siku pada perencanaan / pekerjaan pondasi, theodolit juga dapat digunakan untuk menguker ketinggian suatu bangunan bertingkat. Di dalam pekerjaan – pekerjaan yang berhubungan dengan ukur tanah, theodolit sering digunakan dalam bentuk pengukuran polygon, pemetaan situasi, maupun pengamatan matahari. Theodolit juga bisa berubah fungsinya menjadi seperti Pesawat Penyipat Datar bila sudut verticalnya dibuat 90º.
Menurut Harmailis (2002), Dumpy level adalah alat penyipat datar. Dalam pengukuran tanah Dumpy level dipasang diatas kaki tiga (tripot) dan pandangan dilakukan melalui teropong, dalam hal ini memindahkan ketitik lainnya.
Syarat – syarat seperti rambu ukur untuk penyipat datar menurut soetomo W.T (1992) antara lain : tidak boleh bergerak pada saat digunakan berada pada posisi tegak lurus serta meletakkan alat harus pada titik yang diamati. Pembacaan rambu ukur adakalanya terjadi pemuaian dan penyusutan pada skala rambu ukur akibat perubahan temperatur yang akan menyebabkan kesalahan dalam pembidikan untuk pengambilan data.
Sebuah kompas terdiri atas sebuah jarum baja yang bermagnet dipasang pada
sebuah sumbu putar dititik pusat lingkaran. Gaya magnet bumi mengatur arah
jarum. Ketika kotak kompas diputar, jarum jam tetap menunjuk kea rah utara
magnetik kompas umumnya digunakan sebagai alat untuk menentukan arah dan sudut
horizontal.
Menurut “Djoko Walijatun”(1986), Catatan lapang dalam pengukuran wilayah, baik
berupa buku maupun catatan elektronik adalah satu-satunya catatan permanent
dari pekerjaan lapang, jika terjadi kesalahan,tidak lengkap, hilang, hancur
ataupun rusak maka sia-sialah sebagian besar atau keseluruhan waktu dan biaya
yang di investasikan untuk pembuatan cacatan yang teliti tersebut. Untuk itu
catatanlapang harus di jaga sampul maupun dalamnya, dalam arti isi dalam
penyajian catatan lapang tersebut. Berita lapang harus memuat catatan lengkap
tentang semua pengukuran yang dibuat selama survey, beserta gambar, diagram –
diagram, atau keterangan – keterangan yang akan menolong memperjelas catatan
yang dibuat.
Pengukuran Beda Tinggi Dengan Pesawat Penyipat Datar (PPD)
PRAKTEK 1 : Melaksanakan Pengukuran Beda Tinggi Dengan Pesawat Penyipat Datar Cara Polar
Setiap bujur sangkar diberi nomor atau kode
misalnya kearah timur –barat dengan kode A, B, C, dan seterusnya, sedang pada
arah utara – selatan diberi kode angka 1, 2, 3, dan seterusnya. Pesawat
waterpass atau penyipat datar didirikan / diusahakan di tengah- tengah daerah
pengukuran sehingga dapat menjangkau sebanyak mungkin titik-titik grid
tersebut. Untuk acuan tinggi dapat ditentukan pada salah satu titik dengan duga
tertentu asal diperhitungkan / dipertimbangkan titik paling rendah untuk
menghindari tinggi titik yang negatif. Misal hasil pembacaan benang tengah
rambu ukur di A = Bt ( A1 ) dari pembacaan rambu ukur di B1 = Bt ( B1 ), maka
tinggi titik B1 = tinggi A + Bt ( A1 ) – Bt ( B1 ).
Demikian seterusnya perhitungan tinggi
titik-titik lainnya, disamping itu dapat dihitung pula volume galian dan
timbunan daerah tersebut akan diratakan semua titik mempunyai ketinggian
tertentu.
C. ALAT DAN BAHAN :
1. Alat
a. Pesawat PPD
b. Statif
c. Rambu Ukur
d. Payung
e. Beberapa yalon
f. Patok Kayu dan Palu Kayu
g. Rolmeter
2. Bahan
a. Alat tulis, buku catatan dan tabel
pengukuran
B. KESELAMATAN KERJA
a. Gunakan alat sesuai dengan fungsinya
b. Dirikan pesawat penyipat datar yang kuat dan stabil
c. Lindungi pesawat dari hujan dan panas
d. Hindari pesawat dari kemungkinan hilang atau
rusak
e. Gunakan pakaian kerja langkap
f. Pusatkan perhatian pada pekerjaan
D. LANGKAH KERJA
1. Siapkan semua peralatan yang
diperlukan.
2. Pasanglah patok daerah pengukuran
menjadi bujur sangkar-bujur sangkar yang jaraknya ditentukan antara patok yang
satu dengan yang lainnya misal 10 m.
3. Buatlah sket daerah pengukuran dan
diberi nomor seluruh titik sudut bujur sangkar misalnya ke arah horisontal
diberi kode huruf A, B, C, D, dan seterusnya. Sedangkan untuk arah vertikal
diberi nomor 1, 2, 3, 4, dan seterusnya.
4. Tempatkan pesawat penyipat datar
sedapat mungkin di tengah-tengah daerah pengukuran, sehingga semua titik patok
dapat dilihat dari tempat berdiri pesawat.
5. Siapkan table / formulir pengukuran.
6. Bidik semua titik / patok daerah
pengukuran dengan menggunakan teropong pesawat penyipat datar / waterpass dan
catat bacaan benang tengah (BT), bacaan sudut masing-masing titik
terhadap P0.
7. Ukurlah jarak masing-masing
titik terhadap Pesawat dan titik P0 terhadap titik yang lain.
E. Analisis hasil pengukuran
Setelah dihitung tinggi masing-masing titik
/ patok dan luasnya maka volume galian atau penimbunan yang mungkin diadakan
perataan tanah dapat dihitung berdasarkan luas dan tingginya. Misal bujur
sangkar dengan sisi 10 m, sedang tinggi
masingmasing titik 1,5 m ; 1,8 m ; 2,0 m ; dan 2,5 m, maka bila akan
diratakan setinggi 1 m dapat dihitung dengan rumus ; V = Luas bujur sangkar x
tinggi rata-rata
Dari pemisalan di atas
t1 = 1,5 m – 1,0 m = 0,5 m
t2 = 1,8 m – 1,0 m = 0,8 m
t3 = 2,0 m – 1,0 m = 1,0 m
t4 = 2,5 m – 1,0 m = 1,5 m
Maka volume tanah yang diratakan :
Tetapi bila suatu arah pengukuran bentuknya tidak teratur, pengukuran
tidak perlu dengan pemecahan beberapa bujur sangkar, dapat diatasi dengan
membuat beberapa segitiga dengan pesawat penyipat datar yang mempunyai
pembacaan lingkaran horizontal.
Contoh pengukuran beda tinggi dengan pesawat penyipat datar bila tidak
menggunakan sistim bujur sangkar. Daftar pengukuran beda tinggi dengan pesawat
penyipat datar tidak dengan sistim bujur sangkar dimana pesawat penyipat datar
dilengkapi pembacaan lingkaran horizontal beserta gambar situasinya.
F. GAMBAR KERJA
Penggambaran Hasil Pengukuran :
Sipat Datar Cara Polar
Yang dipakai untuk penggambaran profil atau
potongan adalah jarak antara titik dengan titik batas wilayah yang diukur
beserta tinggi titik dari table di atas dapat digambarkan sebagai berikut :
PRAKTEK 2 :
Melaksanakan Pengukuran Beda
Tinggi Dengan Pesawat Penyipat Datar Cara
Tertutup / Keliling
PRAKTEK 3:
Melaksanakan pengukuran beda
tinggi dengan pesawat penyipat datar profil
Pesawat penyipat datar kira-kira didirikan
di tengah-tengah garis profil dengan demikian dapat menjangkau sebanyak mungkin
pada titik-titik di garis profil tersebut. Seumpama pembacaan benang tengah
rambu ukur di titik P1 = Bt (P1) = tinggi pesawat dari muka tanah sampai as
teropong dan pembacaan benang tengah di titik 1 = Bt1, maka selisih tinggi /
beda tinggi dari P1 ke titik 1 dihitung dengan rumus:
Dh (P1.1) = Bt (P1) –Bt (1) bila titk satu
lebih mudah dari titik P1 maka Dh (P1.1) bertanda negatif. Dan bila titik satu
lebih tinggi maka Dh(P1.1) dengan rumus :
h1 = h P1 + Dh (P1.1)
Dengan cara yang sama titik profil lainnya dapat dihitung.
C. Alat dan Bahan
- Pesawat penyipat datar.
- Statif.
- Rambu ukur.
- Alat tulis menulis
- Pita ukur
- Daftar ukur
- Payung.
D. Keselamatan dan kesehatan
kerja
- Gunakan pakaian kerja lengkap.
- Hindarkan pesawat dan alat dari kemungkinan hilang atau rusak .
- Dirikan pesawat penyipat datar di tempat yang stabil / kuat.
- Pusatkan perhatian pada pekerjaan.
E. Langkah Kerja
a. Buat sket daerah yang akan diukur.
b. Pesawat penyipat datar yang telah diketahui tinggi-tingginya
pada pesawat penyipat datar memanjang, diambil sudut memotong (melintang) 900
atau sesuai dengan bentuk yang diukur.
c. Pasang pesawat di titik P1.
d. Ambil ancang-ancang ke kiri dengan jarak 5 m atau 10 m
sesuai dengan bentuk permukaan tanahnya dan diberi tanda patok a, b, c, dan
seterusnya tergantung kebutuhan.
e. Juga dibuat ancang-ancang ke arah kanan segaris dengan a,b,c
dengan jarak sesuai bentuk permukaan tanah dan diberi patok misal d, e, f.
f. Ukurkan ketinggian tanah sampai as teropong pesawat
penyipat datar dari permukaan tanah atau patok P1.
g. Incar rambu ukur di titik a di baca benang tengahnya, juga
di titik / patok b, c dan sterusnya.
h. Selesai pembacaan di P1, pindahkan pesawat penyipat datar di
P2dengan cara yang sama diadakan pengukuran melintang seperti diatas.
i. Dan seterusnya sehingga pesawat berdiri meanjang
missal di titik P4.
j. Hitunglah ketinggian permukaan tanah titik-titik yang
diukur pada kertas yang tersedia dengan skala yang dibutuhkan.
F. Gambar Kerja




Tidak ada komentar:
Posting Komentar